Senin, 29 Oktober 2012

The Secret Of Heaven - Dari Bandara Sepinggan, Balikpapan hingga Bandara Soekarno Hatta, Jakarta


Pada tanggal 25 September 2009 sore, saya sudah berada di Bandara Sepinggan, Balikpapan, untuk kembali ke Jakarta dengan pesawat Garuda. Penerbangan yang seharusnya dijadwalkan berangkat dari Balikpapan pukul 17.55 WITA, ternyata mundur hingga pukul 19.30 WITA. Berhubung pengunduran waktu keberangkatan tersebut baru diberitahukan ketika saya check in di counter Garuda apalagi petugas Garuda dengan sopan yang meyakinkan saya bahwa tidak ada masalah sama sekali pada pesawatnya, hanya perubahan operasional saja, yang membuat saya juga tidak merasa keberatan sama sekali.

Di antrian belakang saya, ada seorang laki-laki muda yang tampan - yang membuat saya berpikir rasa-rasanya saya pernah melihatnya entah di mana, mungkin di TV atau lainnya - yang semula asyik memencet tombol-tombol ponselnya, mendadak terkejut juga mendengar perihal pengunduran waktu keberangkatan pesawat. Akhirnya kami bersama-sama berjalan memasuki ruang tunggu untuk boarding yang sangat ramai sekali sore itu.

Setelah saya mendapat tempat duduk, saya memutuskan untuk melanjutkan membaca buku "The Secret Of Heaven" karya Pak Herry Nurdi yang saya pinjam dari Kang Taufan. Saya benar-benar tenggelam dalam bacaan saya tersebut sehingga tidak begitu memedulikan keadaan sekeliling. Kru Garuda mulai membagi-bagikan makanan bagi para penumpang yang pesawatnya delay termasuk saya. Sesaat saya merasa "jet lag" karena saya sedang asyik mengembara dengan buku bacaan saya dan saya lupa saya berada di mana. Laki-laki tampan yang tadi check in bersama-sama saya ternyata duduk di seberang saya. Saya bangkit untuk mengambil kotak makanan lalu meneruskan membaca sambil makan. Saya lihat laki-laki tersebut juga ikut bangkit dan mengambil makanan.

Sedang asyik-asyiknya saya membaca The Secret Of Heaven, tiba-tiba seorang laik-laki yang duduk di sebelah saya menegur saya. "Mbak, itu buku karangan Forum Lingkar Pena ya?" tanyanya.
Saya terkejut dan merasa sedikit terganggu. Namun karena ia menyebut-nyebut FLP, saya mengiyakan pertanyaannya sambil tersenyum.

"Iya benar. Ini buku karangan anggota FLP. Judulnya The Secret Of Heaven, ditulis oleh Herry Nurdi," kataku sambil menunjukkan sampul buku itu.

Laki-laki itu memerhatikan dengan seksama, lalu ia berkata, "Mbak, boleh saya pinjam nggak bukunya? Saya baca di sini aja sembari menunggu keberangkatan pesawat saya."

Saya terkejut sekali. Sudah jelas-jelas saya sedang asyik membaca buku ini, kok malah mau dipinjam lagi. Saya diam saja. Kemudian ia berkata lagi, "Saya sangat menyukai buku-buku karangan anggota FLP. Seperti Helvy Tiana Rosa dan Asma Nadia. Saya membaca buku-buku tersebut sejak saya masih SMA. Saya termasuk fans berat FLP lho! Hanya sayang saja, karena sekarang saya sibuk bekerja, saya tidak punya banyak waktu untuk membaca karya-karya terbaru anggota FLP."

Saya menghela nafas. Kekagumannya pada FLP meluluhkan hati saya dan menyingkirkan keinginan saya untuk membaca buku itu.
Saya menyodorkan buku itu padanya, "Ini, silakan dibaca bukunya, Pak. Tapi baca di sini aja ya, jangan dibawa pulang."

Laki-laki itu tersenyum lebar. Seperti anak kecil yang mendapat permen, ia langsung mengambil buku itu dan membalik halaman pertamanya dengan antusias. "Saya mau ke Makassar, Mbak. Jadi saya hanya baca buku ini sebelum saya boarding. Nanti saya kembalikan lagi pada Mbak. Makasih ya, Mbak."

Jadilah orang itu membaca buku The Secret Of Heaven dengan asyiknya sementara saya duduk bengong di tengah keriuhan ruang tunggu sore itu. Laki-laki tampan yang tadi masih duduk di seberang saya sambil memerhatikan saya. Lalu kru Garuda kembali membagi-bagikan makan malam. Saya melihat jam. Pukul 19.30 WITA. Menurut info terakhir, ternyata pesawatnya akan berangkat pukul 20.30 WITA. Masih satu jam lagi. Saya memandang laki-laki tampan tersebut, tersenyum, lalu bangkit dari tempat duduk saya untuk mengambil makan malam. Laki-laki tersebut juga ikut-ikutan bangkit dan mengambil kotak makanan di counter Garuda. Saya menikmati makan malam saya sambil berharap laki-laki yang sedang meminjam buku The Secret Of Heaven itu segera berangkat ke Makassar sehingga saya bisa meneruskan membaca buku tersebut. Sembari menunggu - saya juga tidak bisa membedakan apakah saya menunggu untuk segera boarding atau menunggu buku itu dikembalikan - laki-laki tampan tadi masih duduk sambil memerhatikan saya.

Saya menghembuskan nafas. Saya benar-benar heran apa yang diperhatikan olehnya. Saya melihat pakaian saya biasa saja. Saya juga melap mulut saya siapa tahu ada sisa saus yang menempel. Mengapa ia melakukan apa-apa yang saya lakukan? Sudah dua kali saya mengambil makanan dan ia mengikuti saya. Saya mulai jengah dan tidak nyaman.

Tiba-tiba orang yang meminjam buku The Secret Of Heaven itu mengembalikan buku itu pada saya seiring dengan pengumuman bahwa pesawatnya sebentar lagi akan berangkat. Saya menghela nafas lega dan menerima buku itu dengan senang.

"Buku ini bagus sekali, Mbak. Apakah sudah ada di toko buku? Saya mau membelinya dan merekomendasikannya pada teman-teman saya," katanya.

"Oooh, sudah ada kok, Pak. Silakan beli ajah!" jawab saya cepat-cepat. Lalu ia pamit dan berangkat ke Makassar. Baru saya mulai membaca lagi, tiba-tiba ada seorang perempuan muda duduk di samping saya dan mengajak saya mengobrol. Saya berusaha bersikap sopan dan menjawab pertanyaan-pertanyaannya walau saya benar-benar tidak tahu apa yang dikatakannya. Kemudian panggilan dari kru Garuda bahwa pesawat saya sudah tiba dan kami sudah bisa menaiki pesawat.

Saya buru-buru menyimpan buku itu di dalam tas dan bangkit berdiri serta berjalan menuju pintu keluar menuju lapangan tempat pesawat diparkir. Di tengah tiupan angin dari Selat Makassar yang berhembus kencang malam itu, saya berjalan menuju pesawat diikuti oleh laki-laki tampan yang ternyata berjalan di belakang saya. Saya agak menyesal karena saat itu saya memakai rok panjang sehingga saya tidak bisa berlari. Setelah menaiki pesawat dan duduk di bangku saya, saya mengeluarkan buku itu dan kembali membacanya.

Sepanjang perjalanan saya tenggelam membaca buku itu hingga mendarat di Bandara Soekarno Hatta. Ketika saya bangkit berdiri dari kursi saya, saya menengok ke belakang dan ternyata laki-laki tampan itu duduk tepat di belakang kursi saya! Dengan wajah yang mengantuk - karena saat itu hampir pukul 22.00 WIB - ia memandang saya. Saya balik memandangnya sambil menguap lebar-lebar dengan sengaja. Setidaknya ia akan berhenti mengikuti saya, begitu pikir saya saat itu.

Ternyata perkiraaan saya salah, saat saya menunggu untuk mengambil bagasi, laki-laki tampan tersebut berdiri menjulang di sebelah saya. Setelah mengambil tas-tasnya, laki-laki itu tiba-tiba menoleh dan berkata pada saya, "Saya juga ingin tahu apa rahasia surga."  

Dan saya merasa buku The Secret Of Heaven itu pasti sekarang sedang bernyanyi di dalam tas saya...


Jakarta, 16 Oktober 2009 at 2.30 p.m.
Untuk Kang Taufan: terima kasih ya sudah meminjamkan buku ini padaku ^^*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar